Skip to main content
Berita

Jelajah Sanga-Sanga: Napak Tilas Peristiwa Merah Putih

By Januari 24, 2022No Comments

“bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” – Ir. Soekarno dalam Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961.

 

Dalam rangka memperingati perjuangan masyarakat Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam mempertahankan kemerdekaan, terjadi beberapa peristiwa pertempuran heroik dalam melawan penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai tanah air, khususnya di Kalimantan Timur yaitu daerah Sanga-Sanga yang kaya akan hasil minyak bumi, setelah Soekarno dan Moh. Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Di mulai dari gugurnya pahlawan Samarinda Bernama Tarmizi di daerah Sambutan, dilanjutkan pertempuran-pertempuran di beberapa wilayah di Kota Samarinda, hingga puncaknya perlawanan hebat di bumi Sanga-Sanga yang dikenal dengan Peristiwa Merah-Putih. Banyaknya para pejuang kemerdekan yang gugur pada peristiwa ini yang puncaknya terjadi pada tanggal 27 Januari 1947, maka setiap tanggal tersebut diperingati sebagai peristiwa bersejarah yang diperingai setiap tahunnya.

Untuk memperingatinya, Komunitas Jelajah Kalimantan Timur mengadakan napak tilas yang dilaksanakan pada Minggu, 23 Januari 2022. Kegiatan ini dimulai dengan berkumpul di Dermaga Mahakam Ilir Pasar Pagi pada pukul 8 pagi. Kemudian dilanjutkan dengan keberangkatan menggunakan Kapal Wisata Pesut Kita menuju Sanga-Sanga.

Dalam perjalanan menuju Sanga-Sanga yang menggunakan Kapal Wisata “Pesut Kita” ini ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan dimulai dari acara pembukaan, diskusi sejarah terkait Peristiwa Merah Putih, hingga pembagian souvenir lewat quiz oleh panitia pelaksana.

Sampai di Kecamatan Sanga-Sanga, kegiatan dilanjutkan dengan mengunjungi situs-situs sejarah seperti Monumen Perobekan Bendera atau yang lebih dikenal dengan Monumen Merah Putih, tempat di mana puncak perjuangan masyarakat Sanga-Sanga mempertahankan kemerdekaan dengan merobek bagian warna biru dari bendera Belanda kemudia mengibarkan kembali sisa bendera tertinggal berwarna merah putih dengan pekik “Merdeka”.

Selanjuttnya, jelajah dilanjutkan ke situs sejarah lain seperti Tugu Habib Abdul Muthalib, tempat di mana tokoh agama dan pejuang yang merupakan tokoh Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) ini diceritakan rela berkorban dan dieksekusi agar tantara Belanda tidak mengejar para pejuang lainnya.

Penjara Kolonial dan tugu RIS (Republik Indonesia Serikat), yang merupakan satu-satunya tugu RIS di Indonesia juga tidak luput dari jadwal kunjungan. Selain itu, ada Jembatan 7. Jembatan yang menjadi saksi bisu terjadinya peristiwa pembantaian masyarakat sanga-sanga yang mengira kapal yang datang pada saat itu adalah bantuan dari Kota Samarinda atau Balikpapan karena menggunakan bendera merah putih. Ternyata, itu hanya akal-akalan tantara Belanda yang kemudian memberondong masyarakat yang pada saat itu sedang berkumpul. Ini merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam perjuangan merah putih di Sanga-sanga.

Yang paling menarik adalah saat mengunjungi situs Kubur Tajau di Gunung Selendang. Situs ini merupakan salah satu situs unik karena merupakan situs pekuburan dengan menggunakan wadah 52 buah tajau – (sejenis belanga atau guci keramik), berisi tulang belulang manusia yang dari hasil uji radiokarbon dari dua sample tulang-beluang tersebut diketahui berasal dari akhir abad ke-17 (sekitar akhir tahun 1600-an). Adapun identitas pemilik tulang-belulang yang dikubur di dalam tajau tersebut hingga saat ini masih belum diketahui karena terbatasnya data pembanding DNA suku-suku di Kalimantan.

Setelah selesai mengunjungi situs-situs sejarah di Sanga-Sanga, peserta Jelajah kembali pulang ke Samarinda dan membawa kesan masing-masing. Dengan harapan dari kegiatan napak tilas ini, perjungan tanpa lelah mempertahankan kemerdekaan bangsa dari penjajahan di Bumi Sanga-Sanga menjadi pemantik semangat kebangsaan dan keberagaman yang akan terus dijaga oleh generasi-generasi penerus di Kalimantan Timur. (v)

Leave a Reply

Close Menu